Kamis, 16 Juni 2011

Hard and Rocky Way to State University

Sebenernya udah lama pengen nulis ini. Tapi bahan tulisannya belum komplit, mungkin yang ini juga belom. Kalo udah komplit ntar nulis lagi deh :)
Saat-saat kayak gini masih sangat hangat buat ngomongin SNMPTN atau jalur-jalur lain menuju PTN. Kemaren aku pulang ke Bontang dan ketemu temen-temen lamaku. Baru kali ini kita ngobrol nyambuuuuung banget (biasanya aku bengong ga ngerti. hehe) dengan topik seputar kuliah. Kami ada empat orang. Dua anak IS, dan dua lainnya IA. Satu orang temen deketku udah keterima di KU UGM dengan jalur PBUPD (Penelusuran Bibit Unggul Pembangunan Daerah). Sedangkan aku dan dua orang lainnya masih terkatung-katung menunggu hasil SNMPTN. Yang satu ingin masuk statistika ITS, yang satunya manajemen UGM, dan aku sendiri masih bingung antara psikologi atau sastra Indonesia. Kami kembali bersatu dengan cita-cita yang sama, yaitu masuk PTN. Dan keinginanku sangat besar untuk masuk PTN. Bukan karena orangtuaku juga lulusan PTN. Tapi alangkah hebatnya seorang siswi SMA swasta bisa menembus PTN 'kan?
Berbagai macam jalur sudah kucoba untuk bisa 'menduduki' kursi PTN. Jika dihitung, sudah 5 jalur yang aku coba dan jalur-jalur itu antara lain: PBS UGM, PBUPD UGM, SNMPTN undangan, SNMPTN tertulis, dan PSSB Kemitraan Undip. Tiap jalur yang ku tempuh mempunyai cerita tersendiri yang rasanya nano-nano. Bahagia dan sedih meski lebih banyak sedihnya. Saking banyak sedihnya, jika airmataku dikumpulkan mungkin bisa memenuhi botol besar Coca Cola. Aku ingin berbagi ceritaku tentang luar biasanya jalur-jalur yang kutempuh demi cita-citaku ini. Aku tidak bermaksud menghina siapapun, menuduh siapapun, atau menjatuhkan siapapun. Ini adalah curahan perasaanku selama ini. Hahay! Mari kita mulai dengan jalur yang paling pertama.

1. PBS UGM (Penelusuran Bibit Swadana Universitas Gadjah Mada)
Jalur ini adalah jalur yang disarankan orangtuaku setelah pemberitahuan bahwa UGM tidak membuka lagi jalur UM (Ujian Masuk), jalur yang ingin aku coba. Awalnya aku kaget, kenapa orangtuaku menyarankan ikut jalur ini, kenapa tidak menyuruhku ikut SNMPTN utul saja. Pacarku masuk UGM melalui jalur ini dan biayanya 'lebih' daripada jalur SNMPTN dan UM (saat masih ada UM). Tapi akhirnya aku manut saja dan mulai mempersiapkan berkas-berkas pendaftaran. Ternyata syarat jalur PBS tidak hanya mampu secara finansial saja, tapi juga mampu dalam hal akademis yang dibuktikan melalui rapor, peringkat di kelas yang ketat, dan prestasi lainnya. Karena aku merasa mampu kedua-duanya, akhirnya aku mendaftar. Aku pilih psikologi sama HI.
Di kelas hanya aku saja yang ikut jalur ini. Dan luar biasa sekali sambutan seorang teman dekatku ketika mengetahui aku mengikuti jalur ini. Jadi saat itu, siswi-siswi yang mengikuti jalur ini diajak berkumpul oleh guru untuk pengarahan. Aku ikut dan selesai dari kumpul-kumpul itu, aku kembali ke kelas. Di kelas sedang pelajaran b. Jepang. Sensei suka kalau kursinya dipepetin. Dan luar biasa betul sambutan temanku itu, dia menyendirikan kursiku di paling belakang kelas. Jadi aku duduk sendirian, nggak bareng siapa-siapa. Pas aku masuk dia ngalihin pandangannya nggak mau liat aku. Aku kaget banget, dan aku nangis di tempat dudukku sambil nutupi muka pake buku b. Jepang. Dia juga pengen masuk UGM, tapi sayang dia nggak memenuhi syarat. Aku nangis sampe pelajaran selese dan dia ninggalin aku pulang sendirian. Gosh!
Lain cerita pas aku mau verifikasi akademis. Verifikasi itu ternyata ngerjain TPA secara online. Aku verifikasi di sekolah sama temen-temen yang juga PBS. Selesai verifikasi, wow wow wow... kembali dia menunjukkan kalo dia males sama aku. Kembali aku cuma bisa diem, nahan nangis. Pas itu hujan, dan aku bawa payung sedangkan dia nggak. Kali ini aku yang ninggalin dia pulang duluan. Dibawah payung dan derasnya hujan, aku nangis lagi.
Hasil dari PBS itu? Jadi satu sama cerita SNMPTN undangan. Hahahaaayy..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar